Pada bulan Mei 2024 kemaren, Elon Musk datang ke Indonesia, tepatnya di Bali, salah satu tujuannya adalah mempromosikan layanan internet baru miliknya untuk pasar Indonesia.
Layanan internet yang bernama Starlink ini memiliki perbedaan dibanding layanan ISP lainnya, karena menggunakan sistem Satelit. Era sekarang ini pada umumnya ISP (penyedia layanan internet lokal) menggunakan fiber optik, sebelum itu terkenal ada pula Dedicated Wireless yang menggunakan semacam canopy berbentuk piring, ADSL, Cable, dan yang paling awal modem telepon 56k.
Berbeda dengan layanan internet lain, Starlink memiliki kelebihan jangkauan yang luas dan akses yang luas dan bisa diakses di mana saja tanpa takut masalah sinyal. Jadi bukan fokus di kecepatan ataupun harga yang bersaing. Ini yang membuatnya unggul dibanding layanan internet lain.
Layanan pasar starlink ini mencakup lebih dari 100 negara sekarang ini, bahkan sampai menuju benua antartika (benua selatan). Dan jumlah itu akan bertambah terus jika kita melihat target pada peta gambar di atas, hampir cover seluruh dunia minus China, Rusia, Suriah, Iran, Afganistan, Papua Nugini, Lebanon, Belarusia, Korea Utara dan Kuba.
Kenapa Elon Musk sampai datang ke Indonesia, padahal Starlink juga meluncur dibanyak negara lain? apa karena Indonesia begitu spesial dan menjanjikan?
Dengan luas wilayah Indonesia yang begitu luas dan masih banyak perdesaan yang susah dan sulit dijangkau, masih banyak penduduk yang belum memiliki akses internet, sehingga Elon Musk tidak mau menyia-nyiakan peluang ini.
Apakah Starlink Akan Mencuri pasar Monopoli ISP Indihome?
Rasanya tidak, mengingat kelebihan Starlink terletak pada penggunaan teknologi satelit untuk layanan internetnya untuk jangkauan yang luas dan bisa diakses di mana saja, dan itu tidak murah. Jadi memang beda target pasar antara Starlink dan Indihome ataupun ISP sejenis lainnya yang fokus di teknologi fiber optik.
Jika kalian pengguna internet Indihome atau ISP lain, apakah kalian di rumah / kantor mau menggunakan sesuatu yang lebih mahal dan kecepatan lebih rendah?
Coba kita ulik harganya. Total ada 3 jenis paket untuk Starlink:
Paket yang pertama target untuk pelanggan yang memerlukan akses internet di rumah atau kantor. Biayanya adalah Rp. 750.000,- per bulan dengan kuota penggunaan data unlimited.
Paket selanjutnya untuk pelanggan yang sering keluar rumah, berpergian, dan berpindah-pindah tempat. Paket ini dibagi menjadi dua sub-paket yaitu paket mobile-regional senilai Rp990.000,- / bulan dan paket mobile-global Rp. 6.995.480,- / bulan.
Yang terakhir paket untuk orang yang membutuhkan akses internet di lingkungan maritim, tanggap darurat, hingga bisnis mobile. Pada paket ini disediakan pula jaringan prioritas selain akses standar tanpa batas pemakaian data. Paket ini terbagi menjadi 3 sub-paket; prioritas mobile kuota 50GB = Rp. 4.345.000 / bulan, prioritas mobile kuota 1TB = Rp17.160.000 / bulan, dan prioritas mobile 5TB = Rp. 86.130.000 / bulan.
Perlu diingat, semua paket di atas tidak termasuk perangkat penerima sinyal. Harga perangkat termurah adalah senilai Rp7.800.000,-.
Nah dengan harga segitu, tentu itu kurang menarik untuk pelanggan yang terbiasa dengan layanan internet standar ala Indihome, MyRepublic, Biznet, FirstMedia, CBN, MNC Play, Oxygen, dan lainnya.
Sekarang kita mengintip kecepatannya Starlink. Untuk kecepatan agak berbeda tergantung setiap negara. Untuk negara Indonesia, jika mengutip dari situs Starlink, maka kecepatan yang mungkin terealisasi adalah kecepatan download: 40-220 Mbps , dan kecepatan upload 8-25 Mbps.
Dengan kecepatan begitu, tentu saja terasa standar doank tidak cepat-cepat gimana. Pantes saja Elon Musk fokus di Indonesia, karena di negara lain dengan kecepatan gitu maka akan ditertawakan. Maklum saja kecepatan internet Indonesia masih dibawah rata-rata dunia.
Positifnya, dengan kehadiran Starlink di Indonesia, akan membuat penyebaran internet di Indonesia akan jauh lebih merata, sampai ke pelosok.
Positif lainnya, Starlink akan sangat stabil koneksi dan sinyalnya, mengingat Satelit terbang di zona area LEO (Low Earth Orbit) atau jarak 500-2000 km di atas bumi, sangat dekat dibanding satelit tradisional lainnya.