9 Jenis Analytic Indicator Trading Paling Terkenal + Cara Bacanya (Gampang Banget!)

9 Jenis Analytic Indicator Trading Paling Terkenal + Cara Bacanya (Gampang Banget!)

Kalau kamu trader, pasti tahu kalau chart tanpa indikator itu kayak makan nasi tanpa lauk, kurang greget. Nah, dari ribuan indikator yang ada di dunia, kali ini kita bahas 9 indikator analisis teknikal paling legendaris yang wajib ada di toolbox kamu: MACD, RSI, Stochastic, CCI, Bollinger Bands, ATR, ADX, OBV, sama Parabolic SAR.

Semuanya bakal dijelasin apa itu, fungsinya, dan cara bacanya, tanpa ribet, cocok untuk newbie, janji!


1. MACD (Moving Average Convergence Divergence)

Apa itu?
MACD itu kayak detektor “momentum” harga. Dia bandingin dua moving average (EMA 12 & EMA 26) biar tahu kapan trend mulai kuat atau melemah. MACD adalah indikator paling populer dan paling sering digunakan.

Cara bacanya:
  • Ada garis MACD (biru), garis sinyal (merah), sama histogram.
  • MACD > Sinyal = Bullish (harga naik).
  • MACD < Sinyal = Bearish (harga turun).
  • Histogram membesar = momentum kuat, mengecil = melemah.
  • Crossover di atas nol = buy, di bawah nol = sell.
  • Divergence (harga bikin high baru, MACD nggak) = tanda reversal.
Contoh: Harga bikin higher high, tapi MACD bikin lower high → sell signal!

2. RSI (Relative Strength Index)

Apa itu?
RSI ngukur “kelelahan” harga. Skor 0–100. Kalau terlalu naik = overbought, terlalu turun = oversold. 

Cara bacanya:
  • >70 = overbought → siap-siap jual.
  • <30 = oversold → siap-siap beli.
  • 50 = netral.
  • Divergence juga penting! Harga naik, RSI turun → reversal.
Tips: Jangan langsung entry pas nyentuh 70/30. Tunggu konfirmasi (misal: candlestick reversal).
contoh: Cara baca yang bagus adalah jika sudah di bawah 30, trus balik menyentuh angka >30, itu lebih bagus signalnya.

3. Stochastic Oscillator

Apa itu?
Mirip RSI, tapi lebih sensitif. Dia bandingin harga penutupan sekarang sama range harga dalam periode tertentu (biasanya 14). Stochastic sangat sensitif, jadi cocok untuk saat sideways. Karena terlalu sensitif pergerakan sinyalnya, ada yang menciptakan RSI Stochastic, pertengahan antara keduanya.

Cara bacanya:
  • Ada %K (garis cepat) dan %D (garis lambat).
  • >80 = overbought, <20 = oversold.
  • Crossover %K > %D di bawah 20 = buy.
  • Crossover %K < %D di atas 80 = sell.
  • Divergence juga berlaku.
Bedanya sama RSI: Stochastic lebih cepat kasih sinyal, cocok buat scalping.

4. CCI (Commodity Channel Index)

Apa itu?
CCI ngukur seberapa jauh harga “nyimpang” dari rata-ratanya. Bisa buat deteksi overbought/oversold + breakout.

Cara bacanya:
  • > +100 = overbought (terlalu naik).
  • < -100 = oversold (terlalu turun).
  • Nol line = rata-rata.
  • CCI keluar dari +100 ke bawah = sell.
  • CCI keluar dari -100 ke atas = buy.
  • Bisa juga buat zero line crossover.
Kerennya: CCI bagus buat deteksi awal trend baru.

5. Bollinger Bands

Apa itu?
Tiga garis: SMA 20 (tengah), +2 SD (atas), -2 SD (bawah). Kayak “selang harga”.

Cara bacanya:
  • Harga nyentuh band atas = overbought, band bawah = oversold.
  • Band melebar = volatilitas naik (trend kuat).
  • Band menyempit = volatilitas turun (konsolidasi).
  • Walk the band (harga nempel band atas terus) = trend kuat.
  • Squeeze (band menyempit banget) → breakout sebentar lagi!
Pro tip: Kombinasi sama RSI = mantap!

6. ATR (Average True Range)

Apa itu?
ATR ngukur volatilitas rata-rata dalam satuan poin/pip. Bukan buat arah, tapi buat ukur “seberapa liar” pasar.

Cara bacanya:
  • ATR naik = volatilitas tinggi → stop loss harus lebar.
  • ATR turun = pasar tenang → stop loss bisa rapat.
  • Bisa buat set stop loss: SL = 1–2x ATR dari entry.
  • Trailing stop juga pakai ATR.
Contoh: ATR = 50 poin → stop loss minimal 50–100 poin.

7. ADX (Average Directional Index)

Apa itu?
ADX ngukur kekuatan trend, bukan arah. Skor 0–100.

Cara bacanya:
  • ADX > 25 = trend kuat (bisa naik/turun).
  • ADX < 20 = ranging (jangan trading trend).
  • Pakai bareng +DI dan -DI:
    • +DI > -DI = uptrend.
    • -DI > +DI = downtrend.
Catatan: ADX cuma bilang “ada trend kuat apa nggak”, bukan arahnya.

8. OBV (On-Balance Volume)

Apa itu?
OBV ngukur volume yang mengalir masuk/keluar. Kalau harga naik + volume naik = duit masuk beneran.

Cara bacanya:
  • OBV naik = akumulasi (smart money beli).
  • OBV turun = distribusi (smart money jual).
  • Divergence:
    • Harga naik, OBV turun → bearish divergence.
    • Harga turun, OBV naik → bullish divergence.
Keren buat konfirmasi breakout: Kalau harga break resistance + OBV naik = valid!

9. Parabolic SAR

Apa itu?
Titik-titik yang “nempel” di bawah/atas candlestick. Kayak trailing stop otomatis.

Cara bacanya:
  • SAR di bawah harga = uptrend → hold long.
  • SAR di atas harga = downtrend → hold short.
  • SAR flip (dari bawah ke atas) = sell signal.
  • Bisa dipakai buat trailing stop.
Catatan: Di pasar ranging, SAR sering “flip-flop” → banyak false signal.

Bonus: Kombinasi Ampuh (Contoh Setup)
Tujuan
Kombinasi Indikator
Entry trend
ADX > 25 + MACD crossover + harga di atas EMA 50
Konfirmasi breakout
Bollinger squeeze + OBV naik + volume spike
Scalping
Stochastic + RSI + CCI (tiga konfirmasi overbought/oversold)
Manajemen risiko
ATR untuk stop loss + Parabolic SAR untuk trailing

PenutupSemua indikator ini bukan ramalan, tapi alat bantu baca pasar. Yang terbaik? Jangan pakai sendirian! Kombinasikan 2–3 indikator + price action + manajemen risiko.
Ingat:
Indikator lagging (ngikutin harga) → MACD, Bollinger, OBV
Indikator leading (prediksi) → RSI, Stochastic, CCI
Pilih sesuai gaya trading kamu: scalping, swing, atau long term.


Semua yang diatas biasa disebut indikator jenis Oscillator, yaitu yang mengukur kekuatan momentum dan trending pasar. Tetapi selain Oscillator, orang juga menggunakan jenis indikator lain seperti Moving Average, Support-Resistance (Fibonacci termasuk jenis Support-Resistance), Divergence, Chart Pattern (termasuk Candlestick pattern). Tidak ada yang namanya indikator terbaik, semua tergantung kecocokan dengan Anda.


Share:
Previous Post