Fenomena Tren Smartphone Tipis: Persaingan Ketat Samsung, Apple, dan HP Merek China
79percentclock.com - Dalam beberapa tahun terakhir, dunia smartphone diramaikan dengan tren baru: ponsel dengan desain ultra-tipis. Raksasa teknologi seperti Samsung, Apple, dan berbagai merek asal China seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo bersaing ketat untuk menghadirkan perangkat yang tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga ramping dan elegan. Tren ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen yang menginginkan perangkat ringan, nyaman digenggam, namun tetap bertenaga. Artikel ini akan mengulas fenomena tren smartphone tipis, inovasi di baliknya, dan bagaimana merek-merek besar berlomba mendominasi pasar. Jika ingin mencari informasi seputar HP, bisa juga kunjungi situs ini.
![]() |
Samsung Galaxy S25 Edge, si tipis premium dan AI canggih |
Mengapa Smartphone Tipis Menjadi Tren?
Tren smartphone tipis bukan sekadar soal estetika, tetapi juga tentang fungsi dan inovasi. Beberapa alasan utama di balik popularitasnya meliputi:
Kenyamanan dan Portabilitas: Konsumen modern menginginkan ponsel yang mudah dibawa, muat di saku, dan nyaman digunakan dalam waktu lama. Desain tipis mengurangi bobot dan meningkatkan ergonomi.
Estetika Premium: Ponsel tipis sering diasosiasikan dengan desain premium dan modern, memberikan kesan mewah yang menarik perhatian.
Tantangan Teknologi: Membuat ponsel tipis tanpa mengorbankan performa, daya tahan baterai, atau kualitas kamera adalah tantangan besar. Keberhasilan menciptakan perangkat seperti ini menunjukkan kemampuan inovasi sebuah merek.
Persaingan Pasar: Dengan pasar smartphone yang semakin jenuh, merek-merek berlomba menciptakan diferensiasi. Desain tipis menjadi salah satu cara untuk menonjol di tengah persaingan.
Samsung: Galaxy S25 Edge dan Inovasi Desain Tipis
Samsung, sebagai salah satu pemimpin pasar, baru-baru ini memperkenalkan Galaxy S25 Edge, yang diklaim sebagai perangkat Galaxy S Series paling tipis yang pernah ada. Dengan ketebalan yang lebih ramping dibandingkan pendahulunya yaitu di angka 5.8mm, Galaxy S25 Edge memiliki bodi titanium premium, kamera 200MP, dan performa bertenaga dengan chipset Snapdragon 8 Elite. Meskipun kapasitas baterainya hanya 3900 mAh, yang memicu kekhawatiran tentang daya tahan, Samsung mengimbanginya dengan teknologi Super Fast Charge 2.0 dan fitur Galaxy AI untuk pengalaman pengguna yang lebih cerdas.
Selain itu, Samsung juga memperbarui seri lipatnya, seperti Galaxy Z Fold6, yang kini memiliki ketebalan hanya 5.6 mm saat dibuka, lebih tipis dari pendahulunya (6.1 mm). Dengan bobot 239 gram dan layar AMOLED 7.6 inci yang dilindungi Corning Gorilla Glass Victus 2, Samsung menunjukkan bahwa desain tipis tidak harus mengorbankan ketahanan atau performa.
Rumornya, Samsung juga dikabarkan ingin menluncurkan varian Galaxy S25 Slim dengan desain ultra-tipis.
Apple: iPhone 17 Air dan Ambisi Desain Ultra-Tipis
Apple, yang dikenal dengan pendekatan desain minimalis, dikabarkan sedang mempersiapkan iPhone 17 Air, yang dirumorkan menjadi iPhone tertipis dengan ketebalan hanya 5.5 mm—bahkan lebih tipis dari iPad Pro 13 inci. Meskipun informasi resminya masih terbatas, iPhone 17 Air diharapkan membawa terobosan besar dengan desain yang lebih ringan dan elegan, sembari mempertahankan performa kelas atas dengan chipset terbaru dan integrasi AI.
Apple juga menghadapi tekanan kompetitif dari merek China, terutama di pasar seperti China, di mana penjualan iPhone mengalami stagnasi. Namun, strategi promosi harga yang agresif dan ekspansi di pasar seperti India, Jepang, dan Asia Tenggara membantu Apple mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar global dengan pangsa pasar 19% pada Q1 2025.
Merek China: Inovasi Berani dengan Harga Kompetitif
Merek-merek asal China lainnya seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Huawei juga akan menjadi penggerak utama tren smartphone tipis, terutama karena kemampuan mereka menghadirkan teknologi canggih dengan harga terjangkau. Berikut adalah sorotan beberapa merek:
Xiaomi: Dengan pangsa pasar 14% secara global pada Q1 2025, Xiaomi mencatat pertumbuhan 5% YoY, didorong oleh seri seperti Redmi 13 dan Note 13. Xiaomi juga dikenal dengan inovasi seperti Xiaomi 14T Pro, yang menawarkan prosesor kelas atas, layar AMOLED, dan kamera Leica dengan desain ramping dan premium. Untuk desain tertipis Xiaomi jatuh pada model Xiaomi Mi 11 Lite, dengan ketebalan 6.8 mm.
Oppo: Oppo memimpin segmen kelas menengah di Indonesia dengan pertumbuhan 24.9% YoY pada 2024. Selain smartphone, Oppo juga merilis Oppo Pad Air, tablet tipis dengan prosesor Snapdragon 680, menunjukkan fokus mereka pada desain ramping di berbagai kategori produk.
Vivo dan Huawei: Kedua merek ini juga menunjukkan pertumbuhan pesat, terutama di pasar China. Huawei menjadi vendor terbesar di China pada Q1 2025, sementara Vivo mencatat pertumbuhan 6% YoY dengan pangsa pasar 8%. Honor, merek lain asal China, juga menonjol dengan ponsel lipatnya yang ramping dan inovatif. Vivo tertipis masih dipegang oleh model Vivo V23e 5G (7.4 mm).
Merek-merek China ini unggul dalam menawarkan spesifikasi tinggi dengan harga kompetitif, seperti prosesor canggih, layar AMOLED, dan sistem kamera mutakhir, sembari bereksperimen dengan desain tipis yang menarik perhatian konsumen muda dan gamer.
Kategori Ponsel Lipat
Pada smartphone lipat juga terjadi saling berlomba menciptakan yang tertipis. Bahkan salah satu contoh bukti persaingan yang sedang panas adalah merk Honor mengejek Samsung melalui iklannya dengan menampilkan Honor V Purse.
Tantangan dan Kritik terhadap Tren Smartphone Tipis
Meskipun tren smartphone tipis menarik, ada beberapa tantangan yang dihadapi:
Daya Tahan Baterai: Desain tipis sering kali membatasi kapasitas baterai. Contohnya, Galaxy S25 Edge dengan baterai 3900 mAh memicu kekhawatiran tentang ketahanan daya untuk penggunaan seharian.
Ketahanan Fisik: Ponsel tipis cenderung lebih rentan terhadap kerusakan, meskipun teknologi seperti Corning Gorilla Glass dan bodi titanium membantu mengatasinya.
Persaingan Ketat: Merek China seperti Xiaomi dan Oppo terus menekan Samsung dan Apple dengan inovasi cepat dan harga yang lebih rendah, memaksa raksasa teknologi ini untuk terus berinovasi.
Ketidakpastian Ekonomi: Ketidakpastian ekonomi global, seperti perang tarif yang dipicu oleh kebijakan tertentu, dapat memengaruhi permintaan smartphone premium, termasuk model tipis.
Tren di Indonesia: Dominasi Merek China
Di Indonesia, pasar smartphone sangat kompetitif, dengan merek China mendominasi pangsa pasar. Pada Q2 2024, Xiaomi memimpin dengan pangsa pasar 20%, menggeser Oppo dan Samsung, berkat portofolio ponsel kelas menengah dan low-end yang ramping dan terjangkau. Sementara itu, merek seperti Transsion (Infinix, Tecno, Itel) juga mencatat pertumbuhan pesat di segmen ultra low-end, menunjukkan bahwa desain tipis dan harga murah menjadi daya tarik utama bagi konsumen Indonesia.
Samsung tetap menjadi favorit dengan Top Brand Index (TBI) 32.7% pada 2024, didukung oleh seri seperti Galaxy S24 dan Galaxy A56 5G, yang menawarkan desain tipis dengan bezel minimal dan fitur AI canggih. Namun, Apple masih tertinggal di Indonesia dibandingkan Samsung, meskipun penjualan globalnya kuat di wilayah lain.
Pemegang Rekor Tertipis jatuh pada...
Sebenarnya pemikiran untuk menciptakan smartphone ponsel bukan baru muncul saja, sebelumnya sudah ada, seperti pada tahun 2014 ada Vivo X5Max yang hanya 4.75 - 4.8 mm (ada 2 sumber berbeda, tidak tahu mana yang lebih tepat), dan Oppo R5 yang hanya 4.85 - 4.9 mm (juga ada 2 sumber berbeda, tidak tahu mana yang benar) di tahun yang sama. Sayangnya saat itu trending "tipis" masih belum popular atau diminati masyarakat, sehingga tenggelam.
Masa Depan Tren Smartphone Tipis
Tren smartphone tipis diperkirakan akan terus berkembang, didorong oleh inovasi di bidang material, seperti penggunaan titanium dan kaca tahan gores, serta optimalisasi komponen internal untuk menghemat ruang tanpa mengorbankan performa. Integrasi AI, seperti yang diterapkan Samsung dan Apple, juga akan menjadi pembeda utama, memungkinkan ponsel tipis menawarkan pengalaman pengguna yang lebih pintar, mulai dari pengeditan foto hingga manajemen daya.
Namun, merek China kemungkinan akan terus memimpin dalam hal kecepatan inovasi dan harga kompetitif, menantang dominasi Samsung dan Apple. Pasar global diperkirakan akan menghadapi tantangan akibat ketidakpastian ekonomi, tetapi permintaan untuk ponsel tipis yang stylish dan fungsional tetap tinggi, terutama di kalangan konsumen muda.
Beberapa merk ternama tampak tidak ikut atau belum berminat ikut dalam kompetisi, sebut saja Google Pixel, Sony, Infinix, dan Asus.