Masa Depan Coffee Shop: Robot Barista Kopi di Indonesia, Sudah Adakah?
79percentclock.com - Industri kopi global telah memasuki era baru dengan kehadiran teknologi robot barista, yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI), robotika, dan visi komputer untuk meracik kopi dengan presisi dan efisiensi. Di dunia kopi, negara-negara seperti China, Korea Selatan, dan Jepang menjadi pelopor dalam mengadopsi teknologi ini, mendorong inovasi di tengah budaya kopi yang semakin berkembang. Artikel ini akan mengulas perkembangan teknologi robot barista di ketiga negara tersebut beserta Indonesia, mulai dari fitur-fitur unggulannya, serta tantangan dan potensinya di masa depan. Sumber dari: https://cerobonginfo.id/
![]() |
Credit: Artly Coffee |
China: Inovasi Skala Besar dengan Robot Barista
China, dengan pasar kopi yang berkembang pesat, telah memanfaatkan robot barista untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat. Salah satu pelopor di China adalah Ratio, sebuah startup yang mengembangkan robot barista berbasis kecerdasan buatan. Robot ini dirancang untuk mengoperasikan mesin kopi dengan presisi, mampu menyesuaikan teknik penyeduhan berdasarkan jenis biji kopi dan preferensi pelanggan. Pemesanan dilakukan melalui aplikasi terintegrasi, memungkinkan pelanggan untuk memesan minuman khusus dengan cepat.
Robot barista di China, seperti yang dikembangkan oleh Ratio, menggunakan kombinasi robotika dan visi komputer untuk memastikan konsistensi rasa. Teknologi ini sangat relevan di tengah gelombang ketiga kopi (third wave coffee), di mana konsumen menuntut kualitas tinggi dan informasi tentang asal-usul kopi serta proses penyeduhannya. Selain itu, China memiliki keunggulan dalam produksi massal teknologi, yang berpotensi menurunkan biaya produksi robot barista di masa depan, membuatnya lebih terjangkau untuk kafe-kafe kecil. Namun, tantangan utama adalah persepsi bahwa kopi buatan robot kurang memiliki “kehangatan” dibandingkan kopi yang diseduh barista manusia, terutama dalam budaya sosial yang menghargai interaksi personal.
Contoh Perusahaan China yang sudah menggunakan robot (Mereka Paling Unggul dalam Latte Art):
- COFE+: Ini adalah contoh paling jelas. Mereka secara eksplisit mengiklankan dan menunjukkan kemampuan robot mereka untuk membuat berbagai latte art, bahkan dengan klaim meniru keahlian barista juara. Mereka menggunakan teknologi seperti "efoam AI automatic milk frothing technology" dan "AI hand-shaking fusion latte art algorithm". Kios mereka beroperasi 24 jam dan bisa ditemukan di berbagai lokasi.
- RobotAnno: Perusahaan ini juga aktif menunjukkan robot barista mereka membuat latte art yang indah, seperti yang terlihat di bandara Hangzhou dan kota-kota lain.
- Xbot Latte Art Coffee Robot (dari InSpace Technology): Ini adalah contoh lain dari perusahaan China yang fokus pada robot barista dengan kemampuan dual-arm latte art dan "custom latte art pattern printing". Mereka juga memiliki sistem AI untuk modulasi kopi.
- Ratio: Sebuah jaringan kafe di China yang menggunakan lengan robot untuk membuat kopi yang disesuaikan. Pelanggan memesan melalui aplikasi dan robot menyiapkan minuman dengan presisi tinggi.
- Cotti Coffee: Jaringan kopi ini juga mulai memperkenalkan robot pembuat kopi di gerai-gerai barunya.
- Perusahaan seperti Aobo (Shandong) Intelligent Robotics Co., Ltd. dan OrionStar juga telah mengembangkan robot barista yang bisa membuat latte art dan berbagai jenis kopi.
- Banyak perusahaan lain di China juga mengembangkan solusi robot barista dengan fitur latte art, seringkali menggunakan lengan robotik untuk presisi tinggi dalam penuangan susu.
Korea Selatan: Robot Barista untuk Jaga Jarak Sosial
Korea Selatan telah menjadi pionir dalam penggunaan robot barista, terutama sejak pandemi COVID-19 mendorong kebutuhan akan layanan tanpa kontak. Pada tahun 2020, sebuah kafe di Daejeon memperkenalkan robot barista yang dikembangkan oleh Vision Semicon bekerja sama dengan lembaga sains negara. Robot ini mampu meracik hingga 60 jenis minuman berbeda, mulai dari kopi hingga teh latte, dan bahkan mengantarkan pesanan langsung ke meja pelanggan menggunakan teknologi self-driving. Sistem ini memungkinkan pemesanan melalui kios otomatis, dengan waktu penyelesaian hanya tujuh menit untuk enam minuman.
Robot barista di Korea Selatan dilengkapi dengan lengan robotik, sensor built-in, dan kemampuan komunikasi dengan perangkat lain, memastikan efisiensi dan keamanan selama pandemi. Menurut Lee Dong-bae, direktur penelitian Vision Semicon, teknologi ini dirancang untuk meminimalkan kontak fisik, mendukung kampanye jaga jarak sosial. Pelanggan seperti Lee Chae-mi, seorang siswa, mengapresiasi kemudahan dan kecepatan layanan robot ini. Vision Semicon berencana memasok setidaknya 30 kafe dengan robot serupa pada tahun pengenalannya, menunjukkan adopsi yang cepat di pasar lokal. Meski demikian, kekhawatiran tentang penggantian tenaga kerja manusia tetap ada, meskipun robot ini lebih dianggap sebagai pelengkap daripada pengganti total barista.
Korea Selatan memang memiliki banyak kafe robot dan sangat maju dalam adopsi teknologi. Robot barista di sana umumnya mampu membuat berbagai jenis minuman, termasuk white coffee.
Namun, fokus utama robot barista di Korea Selatan cenderung lebih pada efisiensi layanan, kecepatan, dan pengalaman tanpa kontak (terutama pasca-pandemi). Kemampuan latte art yang rumit dan bisa dipilih secara spesifik oleh pelanggan (seperti yang ditawarkan COFE+ di China) belum menjadi fitur yang sangat ditekankan atau dipromosikan secara luas untuk semua robot barista di sana. Kafe seperti Café BOTBOTBOT memiliki Dripbot dan Drinkbot, tetapi tidak selalu menonjolkan latte art sebagai fitur utama.
Contoh Perusahaan Korea yang sudah menggunakan robot:
- Café BOTBOTBOT: Terletak di Seongsu-dong, Seoul, kafe robot ini memiliki Dripbot yang menyeduh kopi, Dessertbot yang menggambar di atas makanan penutup, dan Drinkbot yang membuat koktail. Mereka fokus pada perpaduan robot dan seni.
- Storant: Kafe robot 24 jam tanpa awak pertama di Korea Selatan yang berlokasi di Daejeon. Robot barista membuat minuman dan robot server mengantarkan ke meja pelanggan.
- Beberapa kafe lain seperti Café A.I., Lounge X, Coffeed Method, dan Super Matcha juga menggunakan robot barista untuk tugas-tugas tertentu dalam pembuatan kopi, seperti menyiapkan espresso atau mengocok matcha.
Jepang: Robot Barista dengan Sentuhan Futuristik
Jepang, yang dikenal dengan inovasi teknologi robotikanya, telah menghadirkan robot barista bernama Sawyer di Henn-na Cafe (berarti “Kafe Aneh”) di Shibuya, Tokyo, sejak 2018. Sawyer, yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja akibat populasi yang menua, mampu menggiling biji kopi, mengisi filter, dan menyeduh hingga lima cangkir kopi sekaligus. Robot ini juga dapat membuat minuman lain seperti cappuccino, hot chocolate, dan green tea latte. Dengan layar yang menampilkan mata kartun, Sawyer menyapa pelanggan dengan ramah, menambah pengalaman unik di kafe.
Selain Sawyer, robot barista Ella, diciptakan oleh Crown Digital asal Singapura, juga beroperasi di beberapa lokasi di Jepang, seperti stasiun kereta bawah tanah dan kawasan bisnis. Ella dirancang untuk mengatasi kekurangan barista dan meningkatkan efisiensi layanan, dengan kemampuan meracik kopi secara otonom. Teknologi ini sangat relevan di Jepang, di mana krisis demografis menyebabkan berkurangnya tenaga kerja, mendorong otomatisasi di sektor jasa. Namun, seperti di China, beberapa pelanggan merasa bahwa kopi buatan robot kurang memiliki nilai emosional dibandingkan kopi buatan barista manusia, meskipun kecepatan dan konsistensinya diakui unggul.
Kafe seperti Henn na Cafe memang menggunakan robot barista, tetapi fokus utamanya lebih pada otomatisasi penyeduhan kopi dasar (seperti kopi tetes) dan efisiensi.
Meskipun ada inovasi robot secara umum di Jepang, fokus pada latte art spesifik oleh robot barista tampaknya belum sekuat di China dalam skala komersial yang luas. Robot seperti Sawyer di Henn na Cafe dapat membuat cappuccino, tetapi tidak secara khusus menonjolkan kemampuan latte art yang kompleks atau bisa dipilih oleh pelanggan.
Contoh Perusahaan Jepang yang sudah menggunakan robot:
- Henn na Cafe: Terletak di Shibuya, Tokyo, kafe ini menggunakan robot untuk membuat kopi tetes. Meskipun lebih fokus pada kopi tetes, ini menunjukkan adopsi robot dalam industri kopi.
- Pepper Parlor: Kafe ini menampilkan robot Pepper yang memandu pelanggan ke tempat duduk dan mengambil pesanan, meskipun pembuatan kopi mungkin masih melibatkan sebagian manusia atau mesin yang kurang artistik dibandingkan robot latte art.
- Avatar Robot Cafe DAWN: Meskipun lebih berfokus pada pemberdayaan pekerja disabilitas yang mengendalikan robot dari jarak jauh, mereka juga memiliki robot yang menyajikan minuman.
Tantangan dan Potensi di Masa Depan
Ketiga negara ini menunjukkan pendekatan unik dalam mengadopsi teknologi robot barista. China unggul dalam potensi produksi massal dan integrasi aplikasi digital, Korea Selatan memanfaatkan teknologi untuk mendukung kebutuhan sosial selama pandemi, dan Jepang mengatasi tantangan demografis dengan otomatisasi. Namun, tantangan bersama meliputi biaya produksi yang masih tinggi, terutama untuk kafe kecil, dan persepsi bahwa robot tidak dapat sepenuhnya menggantikan sentuhan manusia dalam budaya kopi yang kental dengan interaksi sosial.
Di sisi lain, potensi robot barista sangat besar. Dengan kemajuan teknologi, biaya produksi diperkirakan akan turun, seperti yang terjadi pada produk elektronik lainnya seperti smartphone. Selain itu, kecerdasan buatan memungkinkan robot untuk menganalisis preferensi konsumen dan menyesuaikan menu secara real-time, meningkatkan pengalaman pelanggan. Meski demikian, hingga kini, robot barista di ketiga negara ini belum dilaporkan mampu menciptakan White Coffee atau Latte Art, yang membutuhkan keterampilan artistik dan resep khusus, menunjukkan bahwa barista manusia masih memiliki keunggulan dalam aspek kreatif.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia juga sudah ada coffee shop (kedai kopi) yang menyediakan mesin robot barista kopi, biarpun masih sederhana hanya bisa membuat yang seperti kopi susu, americano, espresso, dan kopi campuran lainnya, belum bisa membuat yang seperti White Coffee dengan Latte Art.Awal Kemunculan Robot Barista di Indonesia
Robot barista pertama kali mencuri perhatian di Indonesia pada tahun 2021, ketika Otten Coffee memperkenalkan OttenMatic, robot barista personal di Otten Store di Senopati, Jakarta, dan Bandung. Robot ini dirancang tidak hanya untuk menyeduh kopi, tetapi juga memberikan edukasi kepada pengunjung tentang proses pembuatan kopi, mulai dari asal biji kopi, teknik roasting, hingga cara penyeduhan. Dengan harga Rp68.000 per cangkir, pengunjung dapat menikmati kopi yang diseduh oleh OttenMatic sambil mendengarkan cerita menarik tentang perjalanan kopi tersebut.
Selain OttenMatic, Family Mart di Grand Indonesia, Jakarta, juga menjadi pelopor dengan menghadirkan robot barista pada tahun 2022. Robot ini menjadi yang pertama di Indonesia dan langsung viral di media sosial seperti TikTok karena kemampuannya meracik kopi tanpa kontak fisik, mendukung keamanan di masa pandemi COVID-19. Pemesanan dilakukan melalui mesin otomatis, dan robot ini mampu menjalankan proses pembuatan kopi dengan presisi, mulai dari mengambil biji kopi hingga menyajikan minuman.
Potensi dan Tantangan di Masa Depan
Robot barista memiliki potensi besar di Indonesia, mengingat budaya minum kopi yang semakin populer, terutama di kalangan generasi muda. Dengan semakin banyaknya kedai kopi yang bermunculan, teknologi ini dapat membantu mengurangi waktu antrean dan meningkatkan konsistensi kualitas kopi. Selain itu, robot barista juga mendukung konsep pembayaran non-tunai, yang semakin umum di era digital.
Namun, tantangan utama adalah biaya investasi awal yang cukup tinggi untuk mengadopsi teknologi ini, terutama bagi kedai kopi kecil atau menengah. Selain itu, robot barista di Indonesia saat ini masih terbatas dalam hal variasi minuman. Sebagai contoh, hingga kini belum ada robot barista di Indonesia yang mampu membuat White Coffee atau menciptakan Latte Art, dua elemen yang sangat digemari oleh pecinta kopi lokal. Kemampuan untuk menghasilkan Latte Art, yang membutuhkan keterampilan artistik dan presisi, masih menjadi keunggulan barista manusia. Untuk White Coffee, yang memerlukan teknik penyeduhan khusus dengan campuran susu kental manis, robot barista belum diprogram untuk menangani resep khas ini.