Bacha Coffee, Coffee Shop yang Kontroversial!
79percentclock.com - Bacha Coffee, sebuah waralaba coffee shop asal Maroko, dikenal sebagai kedai kopi premium yang paling mahal di dunia untuk model bisnis franchise cafe butik kopi mewah dengan banyak cabang.
Zaman dulu, orang menganggap Starbucks itu mahal, tetapi seiring waktu bermunculan banyak Coffee Chain baru yang harganya tidak jauh berbeda, maka muncul-lah Bacha Coffee yang mengambil kesempatan mengambil gelar "Termahal" dengan lompatan jauh, bahkan melebihi %Arabica.
Strategi marketing yang dilakukan oleh Bacha Coffee ini dikenal sebagai strategi harga premium atau prestige pricing atau premium pricing, dan sering kali menjadi viral di media sosial. Teknik marketing di mana perusahaan sengaja menetapkan harga produk tinggi untuk menciptakan persepsi eksklusif dan memicu pembicaraan di media sosial disebut prestige pricing atau premium pricing. Strategi ini bertujuan menjadikan produk sebagai topik hangat, seolah mendapat promosi gratis.
Di dunia pemasaran, ada pepatah yang berbunyi, "Semakin mahal, semakin banyak yang membicarakan." Ini adalah inti dari strategi harga premium, di mana sebuah perusahaan sengaja menetapkan harga yang sangat tinggi untuk produknya. Tujuannya bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan besar, tetapi juga untuk menciptakan sensasi dan kehebohan di media sosial. Apalagi di zaman konten seperti sekarang, para content creator akan berbondong-bondong membuat konten untuk ini. Jika Bacha Coffee itu memiliki harga standar, maka tidak akan setenar sekarang.
Selain Bacha Coffee, ada juga kedai teh premium TWG Tea yang melakukan teknik serupa, dan ternyata perusahaan dibalik kedua waralaba itu sama orangnya!, yaitu perusahaan Singapura bernama Osim International, yang merupakan anak perusahaan dari V3 Gourmet grup.
Kontroversi Tahun Berdiri
Terdapat Kontroversi mengenai tahun 1910 yang tertera di slogan dan logo produk. Itu sebenarnya adalah tahun berdirinya Bacha Coffee yang original di dalam area istana Dar el Bacha, Moroko. Pada akhir perang dunia kedua tahun 1945, Bacha Coffee original ini tutup.
72 tahun kemudian, Yayasan Nasional Museum Maroko memulai restorasi sebagian area istana Dar el Bacha, menjadikan istana Dar el Bacha ini sebagai museum pada tahun 2017. Sebuah perusahaan Singapore kemudian mengambil area kopi ini dan membuka kembali bisnis coffee house dengan nama dagang yang sama, Bacha Coffee, pada tahun 2019.
Biarpun memiliki nama dagang yang sama dan lokasi coffee house yang sama, tetapi mereka tidak memiliki keterkaitan langsung, tidak ada hubungan dengan founder original, kopi yang berbeda, cara kerja yang berbeda, dan bahkan boleh dibilang Bacha Coffee yang sekarang adalah milik perusahaan Singapore. Jadi singkatnya lebih kayak menggunakan kembali merk dagang yang sudah mati doank. Jadi biarpun di awal paragraf saya bilang asal Maroko, itu tanda kutip ya guys^^.
Jadi boleh dibilang Bacha Coffee baru ini beroperasi hanya sekitar 6 tahun (per tahun 2025), dan bahkan jika mau gabung dengan Bacha Coffee original pun totalnya adalah 41 tahun, tetapi apa yang dilakukan Bacha Coffee baru ini mempromosikannya seolah-olah mereka sudah beroperasi selama lebih dari 100 tahun, itu yang mereka buat false mindset ke orang-orang dengan menggembar-gemborkan angka tahun 1910 sebesar mungkin. Mindset orang-orang yang tidak tahu akan berpikir, wah sejak 1910 sudah berdiri sampai sekarang.
Hal yang sama juga terjadi pada brand TWG Tea mereka. Tertera tahun 1837 yang membuat orang berprasangka bahwa itu tahun berdirinya. Padahal itu adalah tahun yang merupakan referensi mengenai berdirinya Kamar Dagang Singapura, bukan Tea Shop TWG-nya sendiri. Tea House TWG aslinya berdiri pada tahun 2008 di Singapore.
Kelebihan Bacha Coffee
Bacha Coffee memiliki keunggulan dalam mempersiapkan dan menghadirkan single origin coffee dari berbagai penjuru dunia, dikatakan mereka memiliki lebih dari 200 single-origin berbeda yang diambil dari berbagai negara dunia, yang semuanya adalah jenis arabika. Di cabang Indonesia, tersedia 209 jenis kopi dari 33 negara.
Mereka fokus terhadap brand image yang kuat terhadap minuman premium, pelayanan kelas atas, dan lokasi yang mewah dengan interior nuansa timur tengah. Selain Moroko, saat ini mereka juga telah ekspansi membuka cabang di Singapore, Malaysia, Qatar, Kuwait, United Arab Emirates, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Indonesia, dan Perancis.
Coffee House mereka di Indonesia ada hadir di dua lokasi, Plaza Senayan dan Plaza Indonesia, keduanya terletak di kota Jakarta.
Gambaran Harga Bacha Coffee
Harga bervariasi tergantung single origin dari biji kopi. Untuk harga take-away kopi hitam, yang paling murah harganya Rp. 99.500,- . Sedangkan untuk dine-in, minimal harus pesan 1 ketel / teko / pot (bisa untuk serving dua orang / dua cup) dengan harganya adalah Rp. 125.000,- . Sedangkan untuk biji premium bisa mencapai harga 1,7 juta rupiah bahkan hampir 2 juta rupiah untuk satu cangkir black coffee.
Sedangkan jika ingin memesan biji kopi ataupun giling (ground), ada yang harganya mencapai 13 juta rupiah per 100 gram seperti Paraiso Gold, jadi ya jauh lebih mahal daripada merk premium seperti %Arabica, Ninety Plus+, Blue Bottle. Juga lebih mahal dari kopi yang berasal dari kebun Finca El Injerto Coffee, ataupun kopi pengolahan khusus seperti Black Ivory Coffee dan Luwak. Single origin jenis Panama Gesha dan Jamaica Blue Mountain pun tidak ada apa-apanya dibanding itu.
Sebenarnya harga di Jakarta ini termasuk murah dibandingkan dengan di Singapore, di situ harga secangkir kopi untuk take-away adalah 15 SGD (191 ribu rupiah untuk kurs per 27 Juni 2025). Jadi ya harga Jakarta sekitar kurang lebih setengah dari harga Singapura.
Selain kopi, mereka juga menghadirkan makanan & pastries, tapi tidak usah dibahas karena ini artikel membahas kopi. Oh ya, terakhir, selain single-origin, mereka juga menyediakan blended coffee (campuran).