Film Indonesia Adaptasi Luar Negeri: Kisah Universal dengan Sentuhan Lokal

Film Indonesia Adaptasi Luar Negeri: Kisah Universal dengan Sentuhan Lokal

79percentclock.com - Industri perfilman Indonesia telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mengadaptasi cerita-cerita sukses dari film luar negeri, khususnya dari Korea Selatan, dengan menambahkan nuansa budaya lokal yang kental. Adaptasi ini tidak hanya mempertahankan esensi cerita asli, tetapi juga menghadirkan perspektif baru yang relevan dengan penonton Indonesia. Untuk informasi lainnya seputar film, dapat ke https://nontonfilmindonesia.id.

Berikut adalah beberapa film Indonesia yang diadaptasi dari film luar negeri, yang berhasil mencuri perhatian penonton dengan kisah emosional, humor, dan nilai-nilai universal:

Remake dari Film Korea Selatan

Miracle in Cell No. 7 (2022)

Diadaptasi dari film Korea Selatan berjudul sama yang dirilis pada 2013, Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduksi oleh Falcon Pictures. Film ini mengisahkan Dodo Rozak (Vino G. Bastian), seorang ayah dengan disabilitas intelektual yang berusaha menjadi ayah terbaik bagi putrinya, Kartika (Graciella Abigail/Mawar Eva de Jongh). Namun, hidup mereka berubah ketika Dodo dituduh melakukan pembunuhan dan pemerkosaan, yang menyebabkan ia dipenjara dan terpisah dari anaknya. Dengan bantuan teman-teman satu sel, Kartika berjuang untuk membuktikan bahwa ayahnya tidak bersalah.

Film ini berhasil meraih 5,85 juta penonton, menjadikannya salah satu film lokal terlaris dalam sejarah perfilman Indonesia. Versi Indonesia ini bahkan mendapat pujian dari sutradara aslinya, Lee Hwan-Kyung, yang menyebutnya sebagai adaptasi paling berhasil di antara versi-versi lain di berbagai negara. Sentuhan lokal, seperti penggambaran sistem hukum yang korup dan dinamika emosional keluarga Indonesia, membuat film ini begitu mengharukan dan relevan. Sekuelnya, 2nd Miracle in Cell No. 7, telah dirilis pada 25 Desember 2024, melanjutkan kisah Kartika.

My Sassy Girl (2022)

Diadaptasi dari film Korea Selatan ikonik berjudul sama yang rilis pada 2001, My Sassy Girl versi Indonesia disutradarai oleh Fajar Bustomi dan dibintangi oleh Jefri Nichol serta Tiara Andini. Film ini mengisahkan Gian, seorang mahasiswa yang bertemu dengan Sisi, seorang gadis eksentrik dan kasar, di sebuah stasiun kereta. Pertemuan tak sengaja ini berkembang menjadi kisah romansa yang penuh humor dan kekocakan, dengan sentuhan lokal seperti latar budaya Jakarta dan interaksi khas anak muda Indonesia.

Meskipun mendapat respons beragam dibandingkan film aslinya, My Sassy Girl versi Indonesia berhasil menarik perhatian dengan chemistry antara Jefri Nichol dan Tiara Andini, yang merupakan debut akting Tiara. Film ini tetap mempertahankan esensi komedi romantis dari versi aslinya, dengan penyesuaian budaya yang membuatnya terasa segar bagi penonton Indonesia.

Bebas (2019)

Bebas, disutradarai oleh Riri Riza, merupakan adaptasi dari film Korea Selatan Sunny (2011). Film ini mengisahkan persahabatan sekelompok remaja SMA pada era 1990, yang kemudian terpisah karena perjalanan hidup masing-masing. Bertahun-tahun kemudian, Vina (Marsha Timothy) bertemu kembali dengan Kris (Susan Bachtiar), yang membawanya mengenang masa-masa SMA dan memutuskan untuk menyatukan kembali geng mereka. Film ini menghadirkan nuansa nostalgia era 90-an dengan musik, gaya, dan budaya pop Indonesia yang kental.

Bebas berhasil memadukan elemen drama dan komedi dengan apik, menonjolkan kekuatan persahabatan dan kenangan masa muda. Dengan pemeran seperti Maizura, Sheryl Sheinafia, dan Agatha Pricilla, film ini sukses menyentuh hati penonton dan menjadi salah satu adaptasi yang diterima dengan baik.

Sweet 20 (2017)

Diadaptasi dari film Korea Selatan Miss Granny (2014), Sweet 20 disutradarai oleh Ody C. Harahap dan diproduksi oleh Starvision Plus serta CJ Entertainment. Film ini mengisahkan Fatmawati (Niniek L. Karim), seorang nenek berusia 70 tahun yang secara ajaib berubah menjadi gadis berusia 20 tahun (Tatjana Saph-ira) setelah berfoto di sebuah studio misterius. Dengan tubuh barunya, Fatmawati mengejar mimpinya menjadi penyanyi, yang tidak pernah tercapai di masa mudanya, sambil mendekati keluarganya dengan cara baru.

Film ini sukses menarik lebih dari 1 juta penonton dan mendapat rating IMDb 7,1, berkat kombinasi komedi, fantasi, dan drama keluarga yang menyentuh. Akting Tatjana Saphira sebagai nenek dalam tubuh muda berhasil memikat hati penonton, dengan sentuhan lokal seperti lagu-lagu Indonesia klasik yang memperkuat nuansa nostalgik.

Film lainnya ada: Hello Ghost (2023), My Annoying Brother (2024), Sunyi (2019), 200 Pounds Beauty (2023), Scandal Makers (2023), A Business Proposal (2025)

Remake dari Negara Lainnya

Dari Thailand:
  • Kang Mak From Pee Mak (2024): Adaptasi dari film horor komedi populer Thailand "Pee Mak" (2013).
  • Love You... Love You Not... (2015): Adaptasi dari film Thailand "I Fine... Thank You, Love You" (2014).
Dari Filipina:
  • Cinta Itu Buta (2019): Diadaptasi dari film Filipina berjudul "Kita-Kita" (2017)
Dari Jepang:
  • Kembang Api (2023): Adaptasi dari film Jepang "3ft Ball & Souls".
Dari Belgia:
  • Hasta La Vista: Film ini akan menjadi debut layar lebar Lyodra, diadaptasi dari film Belgia berjudul "Hasta La Vista" (2011).
Dari China:
  • Love is a Story (2022): Film ini diadaptasi dari drama China populer berjudul A Love So Beautiful (2017). 
Dari India:
  • Keluarga Slamet (rilis 2024): Film ini merupakan adaptasi dari film Bollywood box office berjudul Badhaai Ho (2018).

Yang Akan Datang

The Invisible Guest (Spanyol) akan diadaptasi di Indonesia: Ada rencana untuk mengadaptasi film thriller Spanyol "The Invisible Guest" (2016) ke versi Indonesia, yang akan dibintangi oleh Reza Rahadian dan Mawar Eva de Jongh. 

Untuk serial TV dari negara Amerika (US) masih belum ada yang diremake ke versi Indonesia. Tidak tahu apa alasannya, kemungkinan karena hak cipta dan lisensinya mahal.

Share:
Next Post Previous Post