Harapan yang Pupus: Kisah Indiana Pacers dan Tyrese Haliburton di Musim NBA 2024-2025 yang Hampir Berakhir Bahagia

Harapan yang Pupus: Kisah Indiana Pacers dan Tyrese Haliburton di Musim NBA 2024-2025 yang Hampir Berakhir Bahagia

 Di tengah gemerlap NBA yang selalu didominasi oleh tim-tim raksasa seperti Boston Celtics atau Los Angeles Lakers, muncul sebuah kisah underdog yang menyentuh hati: Indiana Pacers pada musim 2024-2025. Sebagai tim seed ke-4 di Wilayah Timur, Pacers berhasil menciptakan keajaiban dengan meraih rekor reguler season 50-32, lalu melaju ke NBA Finals untuk pertama kalinya sejak 2000. Di puncaknya, bintang muda Tyrese Haliburton menjadi simbol harapan baru, tapi sebuah cedera tragis di Game 7 Finals membuat mimpi itu pupus. Bagi Pacers, yang termasuk dalam 10 tim NBA yang belum pernah juara, kegagalan ini terasa begitu pedih—sebuah pengulangan sejarah pahit seperti era Reggie Miller dulu.


Sejarah Kelam: Pacers, Tim yang Selalu Dekat tapi Tak Pernah Menyentuh Trofi

Indiana Pacers bukanlah tim asing di panggung playoff. Sejak bergabung ke NBA pada 1976 setelah merger dengan ABA, mereka telah mencapai Eastern Conference Finals sebanyak 10 kali—termasuk 2024 dan 2025. Namun, gelar juara NBA? Nol besar. Mereka adalah satu dari 10 franchise tanpa championship, satu-satunya di Central Division yang belum pernah merasakan Larry O'Brien Trophy. 

 Sebelumnya, di era ABA, Pacers memang sukses dengan tiga gelar (1970, 1972, 1973) di bawah kepemimpinan Mel Daniels, tapi itu tak diakui sebagai warisan NBA. 

Yang paling menyakitkan adalah era Reggie Miller, sang legenda nomor 31 yang bermain untuk Pacers selama 18 musim (1987-2005). Miller, pemegang rekor three-pointer NBA saat pensiun, membawa tim ke playoff 15 kali dan Eastern Conference Finals empat kali berturut-turut (1998-2001). Ia dikenal dengan "trash-talking" ikoniknya, terutama rivalitas sengit melawan New York Knicks—ingat 8 poin dalam 16 detik di playoff 1995? Tapi, kegagalan demi kegagalan menghantui. Di 1999, Pacers kalah dari Knicks di Eastern Finals karena Miller mengaku terlalu "baik hati" dan kurang agresif. 

 Puncaknya, di NBA Finals 2000, mereka kalah 4-2 dari Lakers milik Shaq dan Kobe. "Kami melawan raksasa," kata Miller bertahun-tahun kemudian, tapi tanpa trofi, itu hanya kenangan pahit. 

Reggie Miller pensiun tanpa cincin, meninggalkan luka bagi fans Indiana yang setia.

Musim 2024-2025: Kebangkitan UnderDog dengan Tyrese Haliburton sebagai Jantungnya


Musim lalu, Pacers kembali bangkit di bawah pelatih Rick Carlisle. Dengan gaya bermain cepat dan berbagi bola (assist percentage 68.9% di playoff awal, tertinggi sejak Warriors 2018), mereka finis sebagai seed 4. 

Tyrese Haliburton, point guard berusia 25 tahun yang didapat dari trade Kings pada 2022, menjadi katalisator. Dengan rata-rata 20+ poin dan 10+ assist, ia memimpin tim mencetak poin terbanyak kedua di liga reguler. Pascal Siakam dan Myles Turner melengkapi trio inti, tapi Haliburton adalah otaknya—bukan superstar "kelas A" seperti LeBron atau Curry, tapi pemimpin yang dibangun dari draft pick.

Playoff dimulai dengan gentleman's sweep (3-0) atas Milwaukee Bucks di babak pertama, diikuti kemenangan 4-1 atas Cleveland Cavaliers (seed 1 dengan 64 kemenangan reguler). 

Di Eastern Semifinals, Pacers mengalahkan Knicks 4-2, termasuk kemenangan epik di Game 7 dengan shooting percentage rekor playoff (sekitar 60%+). 

Ini membawa mereka ke Eastern Finals untuk kedua kalinya berturut-turut—prestasi pertama bagi seed 4 atau lebih rendah sejak 1984. 

Di NBA Finals, lawan adalah Oklahoma City Thunder yang mendominasi dengan 68 kemenangan. Seri berlangsung sengit hingga 7 game, dengan Pacers dikenal karena comeback dramatis: Game 1 dimenangkan berkat game-winner Haliburton, dan mereka unggul di clutch moments (5-0 di 10 game playoff awal). 

Haliburton sendiri mencetak sejarah: empat game-tying atau winning shot di final detik sepanjang playoff—pertama dalam satu postseason. 

Pacers menjadi tim pertama yang punya leading scorer berbeda di setiap game seri panjang, menunjukkan kedalaman roster tanpa bergantung pada satu bintang. 

Pacers bukan tim kaya raya seperti Knicks atau Warriors yang bisa "hire" segudang superstar dengan free agency besar-besaran. Mereka membangun dari draft dan trade pintar, dengan payroll menengah liga. Itulah mengapa perjalanan mereka begitu menginspirasi—bukti bahwa kerja keras bisa saingi duit.

Tragedi Game 7: Cedera Haliburton yang Mencuri Harapan

Game 7 di Finals adalah puncak emosi. Pacers memulai kuat, dengan Haliburton mencetak 9 poin (3/4 dari three-point) di kuarter pertama. Tapi di menit ketujuh, saat dribble di top of the key, kakinya ambruk. Ia jatuh face down, berteriak "No! No!" sambil memukul lantai—diagnosis: robekan Achilles tendon kanan. 

 Haliburton sudah main dengan calf strain sejak Game 5, tapi ia bersikeras: "Kalau bisa jalan, saya main." 

 Cedera ini mirip tragedi Kevin Durant di Finals 2019 atau Damian Lillard musim lalu. 

Tanpa Haliburton, Pacers kehilangan arah. Thunder menang 103-91, seri berakhir 4-3, dan Indiana finis runner-up—skor terendah mereka di playoff (91 poin). 

 Rekor playoff keseluruhan: 15-8, tapi mimpi juara hilang. "Hati kami hancur," kata Carlisle. 

 Haliburton diprediksi absen seluruh musim 2025-2026, meninggalkan lubang besar di lineup. 

Mengapa Kegagalan Ini Begitu Disayangkan, dan Harapan ke Depan?

Kegagalan Pacers musim lalu bukan sekadar kekalahan—ia adalah pengulangan pola sejarah. Seperti Miller yang kalah dari Lakers karena "melawan raksasa," Haliburton dan kawan kalah dari Thunder yang lebih matang. 

 Tanpa sumber daya finansial melimpah, Pacers bergantung pada chemistry dan keberanian, tapi satu cedera bisa meruntuhkan segalanya. Ini menyedihkan karena mereka adalah tim paling menghibur di playoff: comeback dari defisit 19 poin, shooting 50% field goal dan 40% three di 10 game awal. 

Entah berapa tahun lagi Pacers bisa kembali ke level ini. Dengan Haliburton absen, proyeksi musim depan menempatkan mereka di tengah pack Wilayah Timur—bukan contender sejati. 

Tapi, seperti kata Miller: "Kami tak pernah takut." Fans Indiana, yang setia sejak era Reggie, pasti menunggu babak baru. Siapa tahu, cedera ini justru jadi api semangat untuk generasi berikutnya. Untuk sekarang, Pacers tetap underdog abadi—selalu dekat, tapi trofi itu masih elusif.


Share:
Previous Post