Sisi Gelap Kaisar Wanita Wu Zetian: Kisah Pembunuhan & Intrik di Balik Tahta Kekaisaran

Sisi Gelap Kaisar Wanita Wu Zetian: Kisah Pembunuhan & Intrik di Balik Tahta Kekaisaran

Wu Zetian (Maharani Wu) mengukir sejarah sebagai satu-satunya wanita yang pernah menduduki dan memimpin tahta kekaisaran Tiongkok sepanjang ribuan tahun era dinasti. Tetapi faktanya dia menggunakan berbagai metode, kelicikan serta kekejaman untuk mendapatkan posisi itu. Di sini kita akan menyoroti rumor dan tindakan kejamnya (membunuh anak, melenyapkan lawan) yang membuatnya menjadi sosok wanita mengerikan.



Karir Politik Wu Zetian

Sebelum naik takhta, kariernya dimulai dari posisi rendah di istana Dinasti Tang dan naik melalui kecerdasan politik, intrik, serta eliminasi lawan. Berikut ringkasan singkat:

1. Masuk Istana (tahun 637)

Pada usia 13 tahun, Wu masuk sebagai selir tingkat rendah (cairen) Kaisar Taizong. Ia cerdas, belajar sastra dan politik, tapi tidak mendapat anak atau perhatian besar.

2. Selir Kaisar Gaozong (tahun 655)

Setelah Taizong wafat (tahun 649), Wu sempat dikirim ke biara menjadi biksuni, tapi dipanggil kembali oleh Kaisar Gaozong (putra Taizong). Ia menggantikan posisi Permaisuri Wang dan selir Xiao Shufei dengan menuduh mereka melakukan sihir dan pembunuhan bayinya (kasus yang ia rekayasa). Keduanya dicopot, diasingkan, lalu selama pengasingan dibunuh secara brutal oleh Wu Zetian (dipotong tangan-kaki, direndam dalam tong anggur hingga mati pada tahun 655).

3. Menjadi Permaisuri (655–683)

Wu resmi jadi Huanghou (permaisuri). Ia memengaruhi Gaozong yang sakit-sakitan, mengendalikan pemerintahan dari balik layar. Ia membentuk jaringan mata-mata dan pejabat yang setia kepada dirinya.

Ada Berapa Putra Wu Zetian?

Wu Zetian memiliki enam anak dari suaminya, Kaisar Gaozong, yaitu:

Empat Putra:

  1. Li Hong
  2. Li Xián (kemudian menjadi Putra Mahkota Zhanghuai)
  3. Li Zhe (nama lainnya adalah Li Xiǎn yang beda pelafalan, kemudian menjadi Kaisar Zhongzong)
  4. Li Dàn (kemudian menjadi Kaisar Ruizong)

Dua Putri:

  1. Seorang putri yang meninggal saat masih bayi (kadang disebut Putri Si dari Anding atau hanya putri yang tidak disebutkan namanya), yang diduga dibunuh oleh Wu Zetian sendiri untuk menjebak Permaisuri Wang.
  2. Putri Taiping

Kematian Putra Mahkota Pertama Li Hong

Li Hong adalah putra sulung dari Wu Zetian dan Kaisar Gaozong. Ia dipandang sebagai pewaris yang ideal dan menjanjikan. Kaisar Gaozong sangat menyayanginya dan bahkan pada tahun 671 M, ketika kesehatan Gaozong menurun, ia menyerahkan semua urusan negara kepada Li Hong. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki peran penting dalam administrasi negara saat ayahnya sakit.

Karena peranannya sebagai putra mahkota yang menangani urusan negara dan harapan kaisar, ia diberi gelar anumerta yang mulia, Kaisar Xiaojing (atau Kaisar Yizong). Ini adalah kehormatan luar biasa, menunjukkan bahwa ia dianggap sebagai pewaris sah yang seharusnya menjadi kaisar.

Li Hong meninggal secara mendadak pada tahun 675 M, saat sedang melakukan tur bersama orang tuanya. Sebagian besar sejarawan tradisional meyakini bahwa ada dugaan Li Hong diracuni oleh ibunya sendiri, Wu Zetian.

Li Hong dikenal memiliki karakter yang lurus dan sering menentang tindakan ibunya, terutama dalam hal-hal yang dianggapnya tidak adil, seperti menyarankan agar ibu tiri dan saudara tiri mereka (yang diasingkan) diperlakukan dengan lebih baik. Penentangan ini, ditambah dengan semakin kuatnya kekuasaan yang ia pegang sebagai putra mahkota, membuatnya dilihat oleh Wu Zetian sebagai ancaman potensial terhadap kekuasaan ibunya yang terus berkembang.

⚔️ Karir dan Kejatuhan Putra Mahkota Li Xián

Li Xián adalah putra kedua Wu Zetian yang masih hidup, dan ia dikenal cerdas serta memiliki kemampuan intelektual, bahkan dikenal karena menulis komentar untuk Kitab Han Akhir (hou hanshu). Setelah kematian kakaknya, Li Hong, Li Xián diangkat menjadi putra mahkota.

Li Xián juga dikenal berani mengkritik ibunya. Li Xián dianggap menjadi penghalang serius bagi ambisi Wu Zetian untuk sepenuhnya menguasai takhta.

Dia berselisih dengan Ming Chongyan, seorang cenayang istana yang sangat dihormati oleh Kaisar Gaozong dan Permaisuri Wu (Wu Zetian), yang pernah menyatakan bahwa Li Xián tidak pantas berada di takhta.

Ketika Ming Chongyan dibunuh secara misterius, Li Xián dituduh terlibat dalam pembunuhan tersebut. Pada tahun 680 M, Wu Zetian menemukan senjata di istana Li Xián dan menggunakan ini sebagai alasan untuk menggulingkannya dari posisi putra mahkota dengan menuduhnya ingin melakukan pemberontakan. Li Xián diturunkan gelarnya dan diasingkan.

Setelah Kaisar Gaozong meninggal dan Wu Zetian mulai mengambil kendali penuh sebagai Ibu Suri Agung, ia mengirim pejabat ke tempat pengasingan Li Xián. Pada tahun 684 M, Li Xián dipaksa untuk bunuh diri (atau dibunuh atas perintah ibunya) di tempat pengasingan.

Nasib Li Xián menunjukkan betapa kejamnya Wu Zetian dalam menyingkirkan siapa pun, bahkan putranya sendiri, yang dilihatnya sebagai ancaman terhadap ambisi politiknya.

Kematian Kaisar Gaozong

Suami Wu Zetian, Kaisar Gaozong, meninggal pada tahun 683 M. Putra mereka, Li Zhe (kemudian dikenal sebagai Kaisar Zhongzong), diangkat menjadi kaisar. Kadang ada film dan drama yang mengatakan bahwa kaisar Gaozong meninggal karena konspirasi Wu Zetian, tetapi secara sejarah tidak ada bukti mengenai itu. Tidak ada bukti sejarah yang kuat dan konklusif yang menyatakan bahwa Kaisar Gaozong (suami Wu Zetian) meninggal karena dibunuh atau diracuni oleh Wu Zetian. Secara umum, sejarawan sepakat bahwa Kaisar Gaozong meninggal karena penyakit alami, kemungkinan Stroke. Dia akhirnya meninggal dunia pada tahun 683 M di usia 55 tahun.

Meskipun Wu Zetian dikenal kejam terhadap rival politiknya dan bahkan putranya sendiri (seperti Li Hong dan Li Xián), serta diduga membunuh putrinya yang masih bayi, peranannya dalam kematian suaminya, Gaozong, tidak pernah terbukti.

Sebaliknya, Wu Zetian berperan besar dalam membantu Gaozong memerintah. Karena penyakitnya, Gaozong menjadi sangat bergantung pada Wu Zetian untuk mengurus urusan negara, yang secara efektif membuat Wu Zetian menjadi penguasa de facto Tiongkok sejak akhir tahun 660-an. kematian Gaozong adalah kunci bagi Wu Zetian untuk mengambil alih kekuasaan secara resmi sebagai Ibu Suri Agung dan akhirnya sebagai Maharani. Namun, ini adalah konsekuensi dari kematian alami suaminya yang sakit, bukan pembunuhan yang terencana.

Takhta Kaisar Zhongzong yang Singkat

Putra ketiga dari Kaisar Gaozong dan Wu Zetian, Li Zhe (kemudian dikenal sebagai Kaisar Zhongzong), diangkat menjadi kaisar. Zhongzong hanya berkuasa sebentar (sekitar satu bulan). Sebagai Ibu Suri Agung (Huang Taihou), Wu Zetian bertindak sebagai wali dan memegang kendali penuh atas pemerintahan. Ketika Zhongzong mencoba mengangkat ayah mertuanya menjadi kanselir, Wu Zetian melihat ini sebagai upaya menentang kekuasaannya. Wu Zetian segera menggulingkan Zhongzong dan membuangnya ke pengasingan.

Kaisar Ruizong (Putra Keempat) Naik dan Turun Takhta

Setelah menggulingkan Zhongzong, Wu Zetian mengangkat putranya yang lebih muda, Li Dan (kemudian dikenal sebagai Kaisar Ruizong), sebagai kaisar berikutnya. Sama seperti kakaknya, Ruizong hanyalah kaisar boneka. Dia tidak memiliki kekuasaan nyata; semua urusan negara diputuskan oleh Wu Zetian

Selama akhir periode ini, Wu Zetian melakukan eliminasi lawan politiknya. Pangeran dari klan Li (misalnya Li Zhen, Li Shangjin), dibunuh atau dipaksa bunuh diri dalam pembersihan 684–688. Pejabat senior (seperti Shangguan Yi, di tahun 664), dieksekusi karena menentang ibu suri agung Wu Zetian. Wu menggunakan tuduhan palsu (sihir, pengkhianatan), mata-mata, polisi rahasia (seperti "Cruel Officials" Zhou Xing, Lai Junchen), dan eksekusi massal untuk menghabisi keluarga kekaisaran Tang serta aristokrasi yang menentangnya.

Pada tahun 690 M, Wu Zetian memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi di balik putranya. Dia memaksa Ruizong untuk turun takhta dan secara resmi mengambil alih gelar kekaisaran, memproklamirkan Dinasti Zhou. Ruizong kemudian diturunkan gelarnya menjadi Pangeran Mahkota.

Wu Zetian menjadi satu-satunya Maharani (Kaisar Wanita) Tiongkok hingga usianya sangat tua. Ia naik dari selir rendah menjadi penguasa absolut melalui kecerdasan, kekejaman, dan perencanaan jangka panjang.

Wu Zetian Menjadi Kaisar Wanita Pertama

Wu Zetian menjadi kaisar pada tahun 690 M saat dia berusia 66 tahun, dan memerintah selama 15 tahun sampai tahun 705 M. Dia meninggal pada tahun yang sama dengan saat dia diturunkan secara paksa, saat itu dia berusia 81 tahun.

Saat dia mengangkat diri menjadi kaisar, Wu Zetian menggantikan era dinasti dari dinasti Tang menjadi dinasti Wu Zhou. Dinasti yang seumur jagung ini hanya bertahan selama masa pemerintahannya, setelah dia lengser, dinasti pun balik kembali ke dinasti Tang.

Selama masa pemerintahan absolut Wu Zetian dan dua bersaudara Zhang ini, Li Chongrun (putra mahkota Yide) dan Li Xianhui (Putri Yongtai, serta suaminya) yang merupakan anak dari mantan kaisar Zhongzong dieksekusi atau dipaksa bunuh diri oleh Wu Zetian pada tahun 701 Masehi, setelah ketahuan mengkritik kekasih-kekasih Wu Zetian, yaitu saudara-saudara Zhang. Mereka meninggal di usia yang sangat muda, umur 17 dan 19 tahun.

Pelengseran Wu Zetian dimulai saat tahun 704 M, di mana saat itu Wu Zetian sakit keras, hanya abang-adik Zhang Yizhi dan Zhang Changzong yang boleh menjenguknya, rumor mengatakan mereka berniat untuk melakukan kudeta. 

Karir Zhang bersaudara sendiri melesat adalah karena mereka berdua pria muda yang paling terkenal dan berkuasa yang menjadi kekasih pribadi (atau harem pria) dari Maharani Wu Zetian di akhir masa pemerintahannya.

Karena takut akan hal itu, beberapa orang besar mulai dari  Zhang Jianzhi, Jing Hui, Yuan Shuji, jendral Li Duozhuo, Li Zhan, Yang Yuanyan, Yao Yuanzhi, Li Xian, Wei Anshi, dan lainnya melancarkan kudeta membunuh dua abang-adik Zhang (beserta tiga Zhang lainnya, jadi total lima bersaudara Zhang), kemudian memaksa Wu Zetian yang sudah terbaring sakit parah untuk mundur dan mengangkat Li Xian menjadi kaisar kembali (sebelumnya dia dilengserkan Wu Zetian).

Zhongzong Kembali Naik Takhta (Setelah Wu Zetian)

Hasil dari kudeta tersebut pada tahun 705 M, yang disebut dengan nama Kudeta Shenlong, memaksa Wu Zetian untuk menyerahkan kekuasaan. Mereka mengembalikan takhta kepada putra tertua yang masih hidup (yang pernah digulingkan), yaitu Kaisar Zhongzong.

Pemerintahan Kaisar Zhongzong pun tidak berlangsung lama, cuma bertahan lima tahun. Setelah Zhongzong meninggal, terjadi kekacauan singkat. Kekacauan singkat yang terjadi setelah kematian Kaisar Zhongzong pada tahun 710 M adalah upaya kudeta oleh Permaisuri Wei (istri Zhongzong) dan putrinya, Putri Anle, untuk menguasai takhta seperti yang pernah dilakukan Wu Zetian.

Kaisar Zhongzong meninggal secara tiba-tiba pada Juli 710 M. Meskipun penyebab resminya adalah penyakit, banyak sejarawan menduga ia diracuni oleh Permaisuri Wei dan Putri Anle karena ia mulai menyadari ambisi mereka.

Pengangkatan Kaisar Boneka Shang

Permaisuri Wei segera mengangkat putra tirinya yang masih muda, Li Chongmao (Pangeran Wen), sebagai kaisar berikutnya, yang dikenal sebagai Kaisar Shang. Sama seperti Wu Zetian, Permaisuri Wei bertindak sebagai Ibu Suri Agung dan wali, memegang kendali penuh atas pemerintahan, dan berencana untuk menggulingkan Kaisar Shang dan menjadikan dirinya kaisar wanita seperti ibu mertuanya, Wu Zetian.

Ambisinya Permaisuri Wei, yang berpotensi mengubah Dinasti Tang menjadi Dinasti Wei yang baru (mirip Dinasti Zhou milik Wu Zetian), memicu reaksi keras dari keluarga kekaisaran Li yang setia pada Dinasti Tang.

Terjadi kudeta yang dilakukan oleh Putri Taiping (Adik perempuan Kaisar Zhongzong, dan anak perempuan Wu Zetian), dan Li Longji (Keponakan Zhongzong dan putra dari mantan Kaisar Ruizong). Li Longji adalah pangeran yang karismatik dan cerdas.

Putri Taiping dan Li Longji melancarkan kudeta balasan di istana. Mereka berhasil membunuh Permaisuri Wei, Putri Anle, dan semua anggota keluarga serta sekutu mereka di istana. Kaisar Shang yang masih muda dan boneka dipaksa turun takhta.

Ruizhong Kembali Naik Takhta

Setelah kudeta berhasil, Kaisar Ruizong (adik Zhongzong dan ayah Li Longji) kembali diangkat menjadi kaisar untuk periode kedua. Periode kedua Ruizong ini menjadi masa transisi yang singkat namun damai, sebelum ia secara sukarela menyerahkan takhta kepada putranya, Li Longji, yang kemudian dikenal sebagai Kaisar Xuanzong, kaisar yang akan memimpin Dinasti Tang mencapai masa keemasan kedua.


Share:
Next Post Previous Post